M.Haris Effendi MSi: From Medan With Dreams

Selamat Datang di Blog Saya. Wadah tumpahan pikiran, renungan, dan rasa dari anak Medan yang insyaAllah sebentar lagi akan mencapai mimpinya menyandang gelar Doktor di bidang science education dari The University of Queensland Brisbane Australia. Silahkan anda membaca tulisan di blog ini semoga ada manfaat yang bisa anda petik darinya. Terimakasih

Saturday, February 16, 2013

Hati Para Koruptor

Pagi ini ketika kubuka mataku, aku terkesiap oleh sinar mentari pagi yang hadir disela-sela jendela kamarku. Astaghfirullah, sudah jam 5 pagi dan aku segera lompat ke washroom untuk mengambil wudhu bergegas melaksanakan sholat subuh. Alhamdulillah ya Allah, masih Kau beri diri ini kesempatan untuk menghirup oksigenMu, menyaksikan kebesaran ciptaanMu, dan melanjutkan hidup ini sehari lagi. Aku jadi teringat pada sebuah nasehat bijak yang kubaca di sebuah tulisan beberapa hari lalu yang mengatakan 'Syukurilah hari ini karena tidak semua orang diberikan izin untuk bangun esok pagi'. Dan aku, sekali lagi alhamdulillah, adalah termasuk salah satu dari milyaran orang yang Kau izinkan bangun pagi ini.

'Click', ku pencet remote control TV ku untuk mencoba mencari berita yang hangat yang dapat memberi semangat untuk hari ini. SBS Two, dengan siaran tunda dari Indonesia, negeriku tercinta, menghadirkan berita panas tentang tragedi korupsi yang menimpa sejumlah tokoh partai dan agama disana. Juga menghadirkan beratnya KPK melaksanakan tugasnya. Aku terharu mengetahui bahwa korupsi sudah menjajah bangsa Indonesia dan menelan korban bukan hanya tokoh nasionalis yang gering akan nilai2 agama, namun juga para tokoh ulama dan partai yang dihormati masyarakat. 'Kok bisa ya Pa?', tanya istriku. Aku terhenyak tak percaya. 'Harta telah membutakan hati para pelakunya', kata ku singkat. Harta telah membuat para pelaku, yang notabene paham akan ajaran agamanya yang luhur, untuk melakukan dosa besar itu. Memakan uang rakyat Ikut semakin menambah penderitaan rakyat.

Harta vs Iman. Itulah kataku berikutnya yang terlontar dari bibirku. Aku jadi teringat pada sebuah artikelku yang pernah kutulis di blog ini juga sekitar 2 tahun lalu, dengan judul NISSAN vs NISAN. Untuk mendapatkan Nissan (merk mobil, simbol harta) orang sering terjebak melakukan dosa dan melupakan Nisan (batu nisan kuburan, simbol kematian dan akhirat). Astaghfirullahaldzim, aku berlindung kepada Allah dari berbuat dosa besar semacam itu.

Pembicaraan kami berlanjut dengan membicarakan tokoh visioner yang selalu menjadi buah bibir di Indonesia. JOKOWI. Sungguh fenomenal orang ini. Sejak kampanye sampai hari ini menjadi gubernur DKI Jakata, berita baik tentang dirinya tak henti beredar di media massa termasuk dunia maya yang menceritakan sepak terjangnya membela rakyat miskin, membangun Jakarta yang baru. Beliau tak segannya mengeluarkan uang pribadi untuk memberi sumbangan kepada rakyat miskin, bukan hanya di Jakarta namun sudah sejak di Solo. Harta? Beliau sepertinya tidak ngotot dengan yang satu ini, malah beliau gunakan untuk membantu orang lain. Korupsi, beliau sepertinya putih seputih salju. Padahal beliau bukan tokoh agama yang selalu menasehati orang dimana-mana. 'Kok bisa ya', tanya istriku lagi. 'Hmm...', aku menghela nafas. Ternyata ilmu agama yang baik tidak menjamin seseorang untuk terhindar dari berbuat dosa besar.

Memang, iman itu berosilasi, naik turun. Ini pun salah satu judul artikelku yang ku publish lebih setahun lalu di blog ini. Adakalanya ia naik, adakalanya ia turun. Iman dapat menentukan kualitas amal seseorang. Tapi apakah iman para pelaku korupsi yang merupakan tokoh agama itu sedang turun ketika melakukan korupsi? Bisa ya, bisa tidak. Ya, benar, jika perbuatan itu baru sekali itu dilakukan oleh partai dan oknum tersebut. Tidak, salah, karena ternyata menurut KPK perbuatan tersebut telah dilakukan semenjak partai tersebut mengendalikan sebuah kementerian di negeriku tercinta itu. Mulai dari pengaturan kuota daging, benih, dll (info dari Tempo edisi terbaru).

Bagaimana dengan JOKOWI dan tokoh2 lain seperti Jusuf Kalla, you name them, yang dianggap bersih di Indonesia? Apakah mereka selalu memiliki iman yang kuat dan maksimum sehingga mampu menjaga diri mereka dari perbuatan dosa korupsi? Wallahua'lam. Bisa ya dan tidak. Ya, benar, jika kita menggunakan premise yang sama bahwa 'iman akan menentukan amal seseorang'. Tidak, bisa salah, jika kita yakin bahwa hanya nabi Muhammad SAW yang imannya selalu kuat dan selalu terjaga dari dosa. Padahal mereka2 ini, termasuk JOKOWI, bukanlah tokoh agama apalagi yang biasa menasehati rakyat untuk tidak berbuat dosa.

Sedih rasanya melihat anomali ini.

Hypothesa saya hanya satu, bahwa para tokoh tersebut hanya berbeda dalam satu hal. Mereka berbeda dalam memandang peran mereka di atas bumi ini sebagai khalifah fil ardh. Sebagai pemimpin di bumi ini. Pihak pertama, termasuk para pengemplang uang rakyat lainnya, mungkin memandang jabatan dan kekuasaan adalah hadiah dimana ianya dapat digunakan untuk memberi kesenangan pada si pemangku. Juga dipandang sebagai lahan subur untuk memetik untung. Aji mumpung dalam hal negatif.

Namun pihak kedua, mungkin memandang jabatan dan kekuasaannya sebagai sesuatu yang berat, harus dipertanggung jawabkan, dan bukan milik pribadi. Bukan pula sebagai lahan mencari kekayaan. Namun lebih sebagai lahan untuk berbuat amal dengan membahagiakan orang banyak.

Visi dan kesadaran akan tugas mulia sebagai pemimpin ini tidak harus didapatkan hanya melalui iman yang kuat, ilmu agama yang tinggi, dan hal2 lain yang berkenaan dengan itu. Kesadaran itu dapat juga diperoleh dengan selalu mengasah hati dan indra didalam memaknai, meresapi, dan meng-empati situasi sosio-politik di lingkungan sekitar. Ironi sekali jika pada akhirnya kita harus berkata bahwa para pelaku korupsi adalah orang2 yang tidak menggunakan hati dan inderanya dalam kehidupan. Atau lebih parah lagi jika kita berkata bahwa para koruptor adalah ORANG-ORANG YANG TIDAK PUNYA HATI. titik

sekian

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home