M.Haris Effendi MSi: From Medan With Dreams

Selamat Datang di Blog Saya. Wadah tumpahan pikiran, renungan, dan rasa dari anak Medan yang insyaAllah sebentar lagi akan mencapai mimpinya menyandang gelar Doktor di bidang science education dari The University of Queensland Brisbane Australia. Silahkan anda membaca tulisan di blog ini semoga ada manfaat yang bisa anda petik darinya. Terimakasih

Friday, June 26, 2009

Debat Presiden (tentang Mie Instant ?)

Setelah disuguhi debat putaran pertama yang monoton, maka pada tanggal 25 Juni 2009, bangsa Indonesia kembali disuguhi debat presiden putaran kedua. Debat kali ini dipandu oleh moderator baru, Dr. Aviliani, seorang ekonom muda dari Jakarta.

Debat kembali terbagi pada beberapa segment dimana pada segment 1 dan 2, ketiga capres diberi pertanyaan yang sama dan mereka bergantian menjawabnya, namun pada segment ke 3, ketiga capres diberi kesempatan untuk mengkritik jawaban capres lainnya atas sebuah pertanyaan.

Terlihat ada kemajuan dari sisi mutu pertanyaan karena ternyata sang moderator tidak hanya menyusun sendiri peretanyaan-pertanyaan yang akan dimajukan namun beliau juga mengumpulkannya dari internet termasuk facebook, email, dll, sehingga terkesan lebih berani. Juga perbaikan dari metode debat dimana moderator berani meminta para capres untuk menyatakan diri dan pendapatnya berbeda dari pendapat capres lainnya, dan terbukti metode inilah yang telah memancing debat yang lumayan panas dan menghibur.

Dari sisi jawaban, para capres juga terlihat lebih mapan dan mantap dalam menjawab, namun bukan berarti tanpa kekurangan.

Bu Mega, sudah lebih terarah dalam memberikan jawaban dan lebih percaya diri. Namun sayang beliau masih tetap kurang memiliki data tentang kondisi ekonomi bangsa Indonesia. Hal ini dapat menambah stigma negatif bagi dirinya sebagai capres yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Tidak dapat dipastikan apakah beliau tidak dapat menunjukkan data karena beliau tidak memiliki akses terhadap data-data yang beliau butuhkan, apakah karena beliau tidak merasa perlu untuk menunjukkan data, atau mungkin beliau memang tidak ingin bersusah payah mengingat segunung data kondisi ekonomi sebagaimana yang dimiliki capres-capres lainnya. Sayang sekali.

Pak SBY, penampilan beliau semakin OK karena beliau dapat memaksimalkan waktu yang diberikan dan menjawab dengan sangat lugas dan tepat (beliau mengeluarkan slogan 'Lebih Tepat Lebih Baik'). Beliau juga menyuguhkan data-data kemajuan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang beliau klaim sebagai hasil prestasi selama pemerintahannya. Namun sayang, beliau juga belum berani memulai genderang perang dalam berdebat karena beliau lebih terfokus pada data-data kemajuan yang ingin beliau tampilkan sebagai prestasinya.

Pak JK, sang ayam jago dari timur, beliau inilah yang berani memulai peredebatan dengan melontarkan kritikan kepada Pak Boediono yang pernah tidak menyetujui pembangunan listrik 10.000 megawatt. Beliau juga berani unjuk gigi kepada SBY bahwa BLT adalah konsep dan usahanya, beliau juga berani mengkritik sebuah kebijakan Pak SBY di bidang ekonomi yang sampai sekarang belum dilaksanakan oleh timnya, dan yang lumayan lucu, ketika JK membahas masalah impor gandum, beliau menyindir iklan Pak SBY yang tidak nasionalis karena mencatut mie instan yang terbuat dari gandum yang masih diimpor dari Amerika. Hal ini sontak membuat para pemirsa terbahak-bahak dan mampu membuat wajah Pak SBY merah padam. Namun akhirnya, karena tak mau kalah dengan bawahan, pak SBY berapologi bahwa mie instan yang dimakan oleh Pak SBY telah dicampur singkong, wortel, dll. Sebuah apology yang kurang nalar dan terkesan hanya untuk membela diri, karena belum ada mie yang di campur singkong di Indonesia. Entah nanti kalau SBY menang lagi.

Memang satu-satunya cara bagi JK untuk dapat menunjukkan existensi dan prestasinya adalah hanya dengan menelikung SBY, walaupun terkesan kurang sopan. Caranya dengan menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang berperan dibalik beberapa prestasi pemerintah, juga dengan membuka rahasia dapur pemerintahan Pak SBY, seperti contoh Boediono yang tidak setuju dengan projek listrik, program-program yang tidak berjalan, dan lain-lain. Memang terkesan berkhianat, namun itulah politik, tidak saatnya JK bermesra-mesraan lebih lama denga SBY karena urgensi pemilu yang sudah semakin dekat. Namun akhirnya, Bu Mega menohok JK juga dengan menyatakan bahwa prestasi kerja JK selama kepemimpinannya tidak memuaskan, dan ini juga memancing gelak tawa pemirsa.

Akhirnya, kerinduan pemirsa akan sebuah debat yang memuaskan dan bermutu dapat terbayarkan, walaupun diselingin dengan canda dan tawa.

Demikian

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home