TAQWA PASCA RAMADHAN
Asyhadu anla ilaa ha illallah, wa asyhadu anna muhammadarrasulullah La nabiya Ba’da.
Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia dimana didalamnya diturunkan Al Quran dan malam Laitul Qadar yaitu sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun). Selain itu Ramadhan adalah bulan Tarbiyah (pendidikan) bagi kaum muslimin dimana jika mereka melaksanakan semua perintah ibadah yang disyariatkan maka Insya Allah mereka akan mendapatkan sebutan “Laallakum Tattaqun”.
Taqwa tidak bisa diperoleh secara instan layaknya mie yang hanya diseduh dapat langsung dinikmati, namun taqwa hanya dapat diperoleh melalui usaha yang keras dan niat yang kuat untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah.
Layaknya sebuah pendidikan/pelatihan maka agar pelatihan itu dapat terlaksana diperlukan in put , proses dan out put. Maka diawal Ramadhan yang menjadi syarat adalah input yang baik yaitu umat islam yang berniat sungguh-sungguh untuk mengikuti semua kegiatan pelatihan/ibadah, berikutnya adalah adanya proses pelatihan yang baik dan benar, sehingga ketika input masuk kedalam proses dan berproses didalamnya maka diharapkan diakhir pelatihan akan dihasilkan out put yang baik dan sesuai dengan target dari pelatihan dimaksud, yaitu hamba-hamba yang bertaqwa.
Jadi taqwa itu adalah target yang ingin dicapai dari proses pelatihan selama bulan Ramadhan dan itu nanti akan dibuktikan setelah proses pelatihan usai, yaitu bulan Syawal. Inya Allah kita semua akan mendapatkannya. Amin.
CIRI-CIRI ORANG TAQWA
Orang yang telah lulus dari pelatihan Ramadhan dan mendapat sebutan Taqwa itu memiliki beberapa ciri sbb :
1. Tingkat keimanannya meningkat dibanding hari-hari sebelumnya, baik secara bathin yaitu iman kepada Allah, hal gaib, Al Quran dan hari akhir, juga secara fisik yaitu mendirikan Shalat lebih rajin, menunaikan zakat/infaq/shadaqah lebih ikhlas dan lebih sering, membaca AL Quran lebih rajin dll, seperti terdapat dalam surat (Al Baqarah:2-4).
Ciri peningkatan iman yang lain dijelaskan dalam surat Al AnFaal : 2-4 sbb :
2. Tawadhu’ (rendah hati)
Tawadhu’ atau rendah hati merupakan kesempurnaan ketaqwaan seseorang, ia tidak sombong ataupun angkuh atas apa yang diberikan Allah kepada nya, dia penyayang, pemaaf dan tidak membalas perbuatan buruk orang dengan keburukan namun dengan kebaikan.
Allah sangat membenci orang-orang yang sombong :
3. Qana’ah
Qanaah yaitu sikap Menerima atau mencukupkan apa adanya nikmat yang diberikan Allah kepadanya, dia tidak mengumpat apalagi mencela rezki yang diperolehnya, tidak merasa kurang dan tidak takut akan kekurangan rizki, namun hanya selalu mensyukuri segala nikmat Allah yang ada. Dia yakin bahwa Allah akan selalu mencukupi kebutuhan semua hambaNYa.
Dengan sikap Qannah maka hati akan lebih tenang dan terhindar dari penyakit hati hasad, dengki dan iri. Dia tidak memandang iri kepada orang lain karena hartanya namun karena taqwanya. Karena semua orang akan dapat memiliki harta/pangkat dan jabatan yang sama jika diberi kesempatan yang sama, namun tidak semua orang akan dapat memiliki ketaqwaan yang sama walaupun diberi kesempatan yang sama. Oleh karena itu mari kita qanaah pada hal-hal duniawi namun merasa selalu kurang pada hal-hal ukhrawi.
4. Wara’
Wara’ adalah sikap selalu menjaga dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa. Dengan sikap ini seorang yang bertaqwa akan takut untuk melakukan dosa karena ia selalu merasa di pantau dan diawasi oleh Allah. Karena Allah itu sangat dekat dan memantau segala perbuatan hambanya. Orang seperti ini telah memiliki sifat Ikhsan.
(QS Al ‘Alaq : 14).
5. Yakin
Keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bertaqwa ada beberapa jenis :
a. Ia yakin bahwa Allah akan menepati janjiNya untuk menolong orang yang bertakwa yaitu orang yang menolong menegakkan Agama Allah.
b. Ia yakin bahwa usahanya tidak sia-sia dan pasti akan dibalas dengan surga.
KEUNTUNGAN ORANG TAQWA
Adapun orang yang bertaqwa itu dijanjikan Allah mendapat keuntungan yaitu :
Jadi dapat diringkas bahwa keuntungan orang bertaqwa adalah sbb :
1. Mendapat peningkatan derajat.
2. Mendapat ampunan dosa dan kesalahannya.
3. Mendapatkan furqaan, ia dapat membedakan antara yang hak dan bathil dan diberi kekuatan untuk menegakkannya
4. Mendapat kasih sayang Allah di dunia dan di Akhirat
5. Mendapat cahaya dari Allah dalam kehidupan
6. Diberi jalan keluar bagi urusannya
7. Mendapat rizky dari sumber yang tidak disangka-sangka
CARA MENJAGA KETAQWAAN (5M)
1. Mu’ahadah
Selalu mengingat janji kita dengan Allah ketika Allah meniupkan ruh kedalam rahim ibu kita.
(QS Al A’raaf : 172),...
2. Murokobah
Selalu merasa dekat dengan Allah baik dalam ketaatan maupun saat kita terjebak dengan dosa dan kemaksiatan.
3. Muhasabah
Umar bin Khattab mengatakan : “Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu”. Khalifah Umar bin Kahttab selalu menghisab dirinya sebelum tidur malam.
Maknanya kita harus selalu introspeksi diri, menghitung kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan berusaha menggantinya dengan perbuatan baik.
(QS Al Israa’ : 14).
4. Membuat planning/rencana kegiatan ibadah
Kita adalah hamba yang taklif, telah diberi beban untuk beribadah hanya kepada allah
Oleh karena itu agar kita dapat melaksanakan ibadah kepada Allah SWT maka kita harus sadar bahwa kita diciptakan bukan tanpa tujuan, namun untuk menyembah Allah. Tetapi godaan setan sangat kuat sehingga sebagian kita malas untuk beribadah. Agar diri kita mudah beribadah maka kita perlu membuat rencana kegiatan ibadah.
Hal ini dimaksudkan agar kita memaksa diri kita untuk beribadah, baik setiap hari/minggu/bulan. Lalu kita berusaha untuk melaksanakannya dengan baik. Dengan cara demikian kita memiliki kontrol terhadap diri kita pada awalnya, dan diharapkan selanjutnya ibadah tersebut dapat menjadi kebiasaan dan kebutuhan hidup kita. Contoh : membaca Al Quran 1 lembar/hari, sholat berjamaah 2 kali/ hari, dsb.
5. Mu’aqobah (sanksi)
Jika kita telah memiliki rencana kegiatan ibadah rutin terjadwal maka Insya Allah diri kita tidak lagi malas melaksanakannya. Namun jika kita terpaksa meninggalkannya maka kita harus membuat sanksi atau hukuman kepada diri kita sendiri. Hukuman ini jangan bersifat menyiksa namun harus bersifat mendidik dan kalau bisa menambah ibadah kita.
Contoh : jika kita telah merencanakan untuk membaca Quran 1 lembar /hari namun suatu ketika tidak terlaksana maka kita bisa mendenda diri kita dengan puasa senin/kamis, atau bersedekah ataupun yang lainnya.
Dengan memiliki dan memahami ke lima cara ini maka Insya Allah ketaqwaan kita yang telah mulai tumbuh dimasa Ramadhan dapat kita pelihara dengan baik.
Jazakumullahu khairon katsiron, Akhirul kalam
Assalamualaikum Wr Wb.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home